Rabu, 25 Oktober 2017

Keasaman dan kebasaan senyawa organik

Edit Posted by with 19 comments

Keasaman dan Kebasaan Senyawa Organik

TEORI ASAM – BASA ARRHENIUS
 Arrhenius mengemukakan suatu teori dalam disertasinya (1883) yaitu bahwa senyawa ionik dalam larutan akan terdissosiasi menjadi ion-ion penyusunnya. Menurut Arrhenius:
• Asam: zat/senyawa yang dapat menghasilkan H
+ dalam air HCl (aq) à H+(aq) + Cl-(aq)
• Basa : zat/senyawa yang dapat menghasilkan  OH
- dalam air NaOH (aq) à Na+ (aq) + OH (aq)
• Reaksi netralisasi adalah reakai antara asam dengan basa yang menghasilkan garam:
HCl (aq) + NaOH (aq) NaCl (aq) + H2O ()
H+(aq) + OH (aq) H2O ()
Keterbatasan Teori Arrhenius
Asam klorida dapat dinetralkan baik oleh larutan natrium hidroksida maupun amonia. Pada kedua kasus tersebut, akan didapatkan larutan hasil reaksi yang jernih yang dapat dikristalkan menjadi garam berwarna putih, baik natrium klorida maupun amonium klorida. Kedua reaksi tersebut merupakan reaksi yang sangat mirip. Reaksi yang terjadi adalah:


 


Pada kasus reaksi antara natrium hidroksida dengan asam klorida, ion hidrogen dari asam bereaksi dengan ion hidroksida dari NaOH. Hal ini sesuai dengan teori asam-basa Arrhenius. Akan tetapi pada kasus reaksi amonia dengan asam klorida, tidak terdapat ion hidroksida. Kita bisa mengatakan bahwa amonia bereaksi dengan air menghasilkan ion amonium dan hidroksida, menurut reaksi sebagai berikut:

                                                                                                                           
Reaksi di atas merupakan reaksi reversibel, dan dalam larutan amonia pekat tertentu, sekitar 99% amonia tetap berada sebagai molekul amonia. Meskipun demikian, ion hidroksida tetap dihasilkan, walau dalam jumlah yang sangat kecil. Dengan demikian kita bisa mengatakan bahwa reaksi tersebut sesuai dengan teori asam-basa Arrhenius. Tetapi pada saat yang bersamaan, terjadi reaksi antara gas amonia dengan gas hidrogen klorida.


 
Dalam kasus reaksi di atas, tidak dihasilkan ion hidrogen ataupun ion hidroksida, karena reaksi tidak terjadi dalam larutan. Teori Arrhenius tidak menggolongkan reaksi di atas sebagai reaksi asam-basa, meskipun faktanya, reaksi tersebut menghasilkan produk yang sama manakala kedua senyawa tersebut dilarutkan dalam air. Secara singkat dapat dikatakan bahwa keterbatasan teori Arrhenius adalah bahwa reaksi asam – basa hanyalah sebatas pada larutan berair (aqueus, aq) dan asam-basa adalah zat yang hanya menghasilkan H+ dan OH-.
TEORI ASAM – BASA BRONSTED-LOWRY
Pada tahun 1923, Johannes Bronsted (Denmark) dan Thomas Lowry (Inggris) mempublikasikan tulisan yang mirip satu-sama lain secara terpisah. Pendekatan teori asambasa Bronsted-Lowry tidak terbatas hanya pada larutan berair, tetapi mencakup semua sistem yang mengandung proton (H+). Menurut Bronsted-Lowry:
·         Asam: zat/senyawa yang dapat mendonorkan proton (H+) bisa berupa kation atau molekul netral.
·         Basa: zat/senyawa yang dapat menerima proton (H+), bisa berupa anion atau molekul netral.
Hubungan Teori Bronsted-Lowry dengan Teori Arrhenius
Teori asam-basa Bronsted-Lowry tidaklah bertentangan dengan teori asam-basa Arrhenius, justru lebih melengkapi. Ion hidroksida tetap bertindak sebagai basa, karena mampu menerima ion hidrogen dari asam dan juga dari air. Asam menghasilkan ion hidrogen dalam larutan sebab asam bereaksi dengan molekul air dengan cara memberikan protonnya kepada air. Ketika gas hidrogen klorida dilarutkan dalam air, molekul hidrogen klorida akan memberikan protonnya (sebagai ion hidrogen) kepada air untuk menghasilkan asam klorida. Ikatan koordinasi terbentuk antara satu pasang elektron bebas pada atom oksigen dengan ion hidrogen dari HCl menghasilkan ion hidronium (H3O+).
Elektronegatifitas atom yang bermuatan negatif
Muatan negatif lebih memilih berikatan unsur yang elektonegatif daripada unsur elektropositif. Itulah sebabnya mengapa air lebih asam daripada amonia, karena oksigen lebih elektronegatif dibandingkan nitrogen.
Kestabilan resonansi
Kestabilan basa konjugasi dari fenol terjadi karena anion dapat mendelokalisir muatan negatif ke sepanjang cincin dengan cara resonansi. Sikloheksanol kekuatan asamnya lebih kecil dibandingkan fenol.

Kestabilan muatan negatif karena berdekatan dengan atom yang elektronegatif.
Keberadaan grup elektronegatif di dekat atom hidrogen juga akan meningkatkan
keasaman, karena akan menstabilkan muatan negatif. Misalkan pada substitusi hidrogen
pada asam asaetat dengan klor, membuat molekul ini lebih asam 100 kali lipat.
Berdasarkan uraian diatas maka timbul suatu permasalahan yaitu :

1.    Mengapa kekuatan asam sikloheksanol lebih kecil dibandingkan fenol?

2.    Mengapa substitusi hidrogen pada asam asaetat dengan klor, membuat molekul ini lebih asam 100 kali lipat?


DAFTAR PUSTAKA
Kotz., John.C, Purcel, K.F., 1987, Chemistry and Chemical Reactivity, Saunders College Publishing, New York, USA
Oxtoby, D.W., 2002, Principles of Modern Chemistry, Nelson Thomson Learning Inc, Toronto, Canada. Shriver, D.F., Langford, C.H., Atkins, P.W., 1990, Inorganic Chemistry, Oxford University Press, New York, USA

19 komentar:

  1. Terimakasih untuk materinyaa. Saya akan menjawab.

    1. Kekuatan asam fenol lebih besar dari pada sikloheksanol karena pada adanya resonansi pada fenol sehingga anion dapat mendelokalisir muatan negatif ke sepanjang cincin dengan cara resonansi sedangkan pada sikloheksanol tidak terjadi resonansi sehingga lebih kecil kekuatan asamnya karena tak ada penstabilan muatan negatifnya.
    2. Hal ini disebabkan oleh adanya atom klor yang lebih elektronegatif sehingga dapat mendorong kerapatan elektron ke arah oksigen yang menyebabkan kondisi asam lebih kuat.
    Semoga bermanfaat.

    BalasHapus
  2. Terimakasih atas penjelasan yang saudari sampaikan, sangat bermanfaat
    baiklah disini saya akan mencoba menjawab pertanyaan yang diajukan
    1. karena pada fenol terjadi resonansi yang menyebabkan senyawa tersebut lebih stabil dan keasamannya meningkat, sedangkan pada sikloheksanol tidak terjadi resonansi
    2. hal tersebut disebabkan karena atom klor yang elektronegatif akan mendorong kerapatan elektron ke arah oksigen sehingga oksigen tidak menanggung muatan negatif sendirian dan menyebabkan kondisi lebih asam
    terimakasih :)

    BalasHapus
  3. terimakasih atas materinya.
    dari permasalahan yang timbul menurut saya, fenol lebih asam dari pada sikloheksanol karena pada fenol terjadi resonansi sehingga anion dapat mendelokalisir muatan negatif kesepanjang cincin dengan cara resonansi sedangkan pada sikloheksanol tidak terjadi resonansi sehingga lebih kecil kekuatan asamnya seperti materi yang anda paparkan

    sedangkan permasalahan yang selanjutnya disebabkan karena atom klor yang elektronegatif akan mendorong kerapatan elektron kearah oksigen sehingga oksigen tidak menanggung semua muatan negatif sendirian.

    BalasHapus
  4. terimakasih atas materinya disini untuk pertanyaan pertama untuk fenol dapat mengalami resonansi pada basa konjugatnya sehingga memiliki kestabilan yang lebih baik dibandingkan sikloheksanol

    kedua dari elektronegatifitas klor yang akan memberikan efek induksi pada senyawa ini mengandung muatan negatif sehingga keasaman yang lebih kuat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih albert telah berkunjung dan jawabannya

      Hapus
  5. Terimakasih atas materinya, menurut saya
    1. Fenol lebih asam dari pada sikloheksanol karena pada fenol terjadi resonansi sehingga anion dapat mendelokalisir muatan negatif ke sepanjang cincin dengan cara resonansi sedangkan pada sikloheksanol tidak terjadi resonansi sehingga lebih kecil kekuatan asamnya... Sesuai penjelasan anda diatas
    2.Hal ini disebabkan oleh atom klor yang elektronegatif akan mendorong kerapatan elektron ke arah oksigen sehingga oksigen tidak menanggung semua muatan negatif sendirian

    BalasHapus
  6. terimaksih buat materinya Puja
    saya akan mencoba menjawab
    1. kerena pada fenol terjadi resonansi sehinnga anion dapat mendelokalisai muatan negatif dengan cara resoansi dan pada sikloheksana tidak terjadi resonansi sehingga kekuatan asamnya lemah
    2. ini disebabkan atom klor yang elektronegatifnya akan mendorong kerapatan elektron sehinnga oksigen tidak mengganggu semua muatan negatif

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hello anggraini terima kasih atas jawabannya
      Mungkin lebih tepatnya tidak oksigen tidak bertindak sebagai akseptor semua muatan negatif

      Hapus
  7. Menurut saya, atom klor yang elektronegatif akan mendorong kerapatan elektron ke arah oksigen sehingga oksigen tersebut tidak menanggung semua muatan negatifnya sendirian

    BalasHapus
  8. Terimakasih atas penjelasannya sangat membantu sekali saya ingin mencoba menjawab pertanyaan nomor 1
    1. Fenol lebih asam dari pada sikloheksanol di karenakan pada fenol terjadi resonansi sehingga anion dapat mendelokalisir muatan negatif ke sepanjang cincin dengan cara resonansi sedangkan pada sikloheksanol tidak terjadi resonansi sehingga lebih kecil kekuatan asamnya... Sesuai penjelasan anda diatas

    BalasHapus
  9. materi yang sanagat menarik, saya akan menjawab pertanyaan nomor 1 sikloheksanon memiliki struktrur siklik sehingga mudah mengalami resonansi dibandingkan fenol.

    BalasHapus
  10. Terimakasih atas pemaparannya. saya akan mencoba menjawab pertanyaannya dimana karena kedua dari elektronegatifitas klor yang akan memberikan efek induksi pada senyawa ini mengandung muatan negatif sehingga keasaman yang lebih kuat.

    BalasHapus