Keasaman dan Kebasaan Senyawa Organik
TEORI ASAM – BASA ARRHENIUS
Arrhenius mengemukakan
suatu teori dalam disertasinya (1883) yaitu bahwa senyawa ionik dalam larutan
akan terdissosiasi menjadi ion-ion penyusunnya. Menurut Arrhenius:
• Asam: zat/senyawa yang dapat menghasilkan H+ dalam air HCl (aq) à H+(aq) + Cl-(aq)
• Basa : zat/senyawa yang dapat menghasilkan OH- dalam air NaOH (aq) à Na+ (aq) + OH– (aq)
• Reaksi netralisasi adalah reakai antara asam dengan basa yang menghasilkan garam:
• Asam: zat/senyawa yang dapat menghasilkan H+ dalam air HCl (aq) à H+(aq) + Cl-(aq)
• Basa : zat/senyawa yang dapat menghasilkan OH- dalam air NaOH (aq) à Na+ (aq) + OH– (aq)
• Reaksi netralisasi adalah reakai antara asam dengan basa yang menghasilkan garam:
HCl (aq)
+ NaOH (aq) NaCl (aq) + H2O (ℓ)
H+(aq) + OH – (aq) H2O (ℓ)
Keterbatasan Teori Arrhenius
Keterbatasan Teori Arrhenius
Asam klorida dapat dinetralkan baik oleh larutan natrium
hidroksida maupun amonia. Pada kedua kasus tersebut, akan didapatkan larutan
hasil reaksi yang jernih yang dapat dikristalkan menjadi garam berwarna putih,
baik natrium klorida maupun amonium klorida. Kedua reaksi tersebut merupakan
reaksi yang sangat mirip. Reaksi yang terjadi adalah:
Pada kasus reaksi antara natrium hidroksida dengan asam klorida,
ion hidrogen dari asam bereaksi dengan ion hidroksida dari NaOH. Hal ini sesuai
dengan teori asam-basa Arrhenius. Akan tetapi pada kasus reaksi amonia dengan
asam klorida, tidak terdapat ion hidroksida. Kita bisa mengatakan bahwa amonia
bereaksi dengan air menghasilkan ion amonium dan hidroksida, menurut reaksi
sebagai berikut:
Reaksi di atas merupakan reaksi reversibel, dan dalam larutan
amonia pekat tertentu, sekitar 99% amonia tetap berada sebagai molekul amonia.
Meskipun demikian, ion hidroksida tetap dihasilkan, walau dalam jumlah yang sangat
kecil. Dengan demikian kita bisa mengatakan bahwa reaksi tersebut sesuai dengan
teori asam-basa Arrhenius. Tetapi pada saat yang bersamaan, terjadi reaksi
antara gas amonia dengan gas hidrogen klorida.
Dalam kasus reaksi
di atas, tidak dihasilkan ion hidrogen ataupun ion hidroksida, karena reaksi
tidak terjadi dalam larutan. Teori Arrhenius tidak menggolongkan reaksi di atas
sebagai reaksi asam-basa, meskipun faktanya, reaksi tersebut menghasilkan
produk yang sama manakala kedua senyawa tersebut dilarutkan dalam air. Secara
singkat dapat dikatakan bahwa keterbatasan teori Arrhenius adalah bahwa reaksi
asam – basa hanyalah sebatas pada larutan berair (aqueus, aq) dan
asam-basa adalah zat yang hanya menghasilkan H+ dan OH-.
TEORI ASAM – BASA BRONSTED-LOWRY
Pada tahun 1923,
Johannes Bronsted (Denmark) dan Thomas Lowry (Inggris) mempublikasikan tulisan
yang mirip satu-sama lain secara terpisah. Pendekatan teori asambasa
Bronsted-Lowry tidak terbatas hanya pada larutan berair, tetapi mencakup semua
sistem yang mengandung proton (H+). Menurut Bronsted-Lowry:
·
Asam:
zat/senyawa yang dapat mendonorkan proton (H+) bisa berupa kation atau molekul
netral.
·
Basa:
zat/senyawa yang dapat menerima proton (H+), bisa berupa anion atau molekul
netral.
Hubungan
Teori Bronsted-Lowry dengan Teori Arrhenius
Teori asam-basa
Bronsted-Lowry tidaklah bertentangan dengan teori asam-basa Arrhenius, justru
lebih melengkapi. Ion hidroksida tetap bertindak sebagai basa, karena mampu
menerima ion hidrogen dari asam dan juga dari air. Asam menghasilkan ion
hidrogen dalam larutan sebab asam bereaksi dengan molekul air dengan cara
memberikan protonnya kepada air. Ketika gas hidrogen klorida dilarutkan dalam
air, molekul hidrogen klorida akan memberikan protonnya (sebagai ion hidrogen)
kepada air untuk menghasilkan asam klorida. Ikatan koordinasi terbentuk antara
satu pasang elektron bebas pada atom oksigen dengan ion hidrogen dari HCl
menghasilkan ion hidronium (H3O+).
Elektronegatifitas atom yang bermuatan negatif
Muatan negatif lebih memilih berikatan unsur yang elektonegatif
daripada unsur elektropositif. Itulah sebabnya mengapa air lebih asam daripada
amonia, karena oksigen lebih elektronegatif dibandingkan nitrogen.
Kestabilan
resonansi
Kestabilan basa konjugasi dari fenol terjadi karena anion dapat
mendelokalisir muatan negatif ke sepanjang cincin dengan cara resonansi. Sikloheksanol
kekuatan asamnya lebih kecil dibandingkan fenol.
Kestabilan muatan negatif karena
berdekatan dengan atom yang elektronegatif.
Keberadaan
grup elektronegatif di dekat atom hidrogen juga akan meningkatkan
keasaman,
karena akan menstabilkan muatan negatif. Misalkan pada substitusi hidrogen
pada asam
asaetat dengan klor, membuat molekul ini lebih asam 100 kali lipat.
Berdasarkan uraian diatas maka timbul
suatu permasalahan yaitu :
1.
Mengapa
kekuatan asam sikloheksanol lebih kecil dibandingkan fenol?
2.
Mengapa
substitusi hidrogen pada asam asaetat dengan klor, membuat molekul ini lebih
asam 100 kali lipat?
DAFTAR PUSTAKA
Kotz., John.C, Purcel, K.F., 1987, Chemistry and Chemical
Reactivity, Saunders College Publishing, New York, USA
Oxtoby, D.W., 2002, Principles of Modern Chemistry, Nelson
Thomson Learning Inc, Toronto, Canada. Shriver, D.F., Langford, C.H., Atkins,
P.W., 1990, Inorganic Chemistry, Oxford University Press, New York, USA
Terimakasih untuk materinyaa. Saya akan menjawab.
BalasHapus1. Kekuatan asam fenol lebih besar dari pada sikloheksanol karena pada adanya resonansi pada fenol sehingga anion dapat mendelokalisir muatan negatif ke sepanjang cincin dengan cara resonansi sedangkan pada sikloheksanol tidak terjadi resonansi sehingga lebih kecil kekuatan asamnya karena tak ada penstabilan muatan negatifnya.
2. Hal ini disebabkan oleh adanya atom klor yang lebih elektronegatif sehingga dapat mendorong kerapatan elektron ke arah oksigen yang menyebabkan kondisi asam lebih kuat.
Semoga bermanfaat.
Thanks meyly sangat bermanfaat
HapusTerimakasih atas penjelasan yang saudari sampaikan, sangat bermanfaat
BalasHapusbaiklah disini saya akan mencoba menjawab pertanyaan yang diajukan
1. karena pada fenol terjadi resonansi yang menyebabkan senyawa tersebut lebih stabil dan keasamannya meningkat, sedangkan pada sikloheksanol tidak terjadi resonansi
2. hal tersebut disebabkan karena atom klor yang elektronegatif akan mendorong kerapatan elektron ke arah oksigen sehingga oksigen tidak menanggung muatan negatif sendirian dan menyebabkan kondisi lebih asam
terimakasih :)
Makasih agnes
Hapusterimakasih atas materinya.
BalasHapusdari permasalahan yang timbul menurut saya, fenol lebih asam dari pada sikloheksanol karena pada fenol terjadi resonansi sehingga anion dapat mendelokalisir muatan negatif kesepanjang cincin dengan cara resonansi sedangkan pada sikloheksanol tidak terjadi resonansi sehingga lebih kecil kekuatan asamnya seperti materi yang anda paparkan
sedangkan permasalahan yang selanjutnya disebabkan karena atom klor yang elektronegatif akan mendorong kerapatan elektron kearah oksigen sehingga oksigen tidak menanggung semua muatan negatif sendirian.
Terima kasih atas jawabannya tiur
Hapusterimakasih atas materinya disini untuk pertanyaan pertama untuk fenol dapat mengalami resonansi pada basa konjugatnya sehingga memiliki kestabilan yang lebih baik dibandingkan sikloheksanol
BalasHapuskedua dari elektronegatifitas klor yang akan memberikan efek induksi pada senyawa ini mengandung muatan negatif sehingga keasaman yang lebih kuat
Terima kasih albert telah berkunjung dan jawabannya
HapusTerimakasih atas materinya, menurut saya
BalasHapus1. Fenol lebih asam dari pada sikloheksanol karena pada fenol terjadi resonansi sehingga anion dapat mendelokalisir muatan negatif ke sepanjang cincin dengan cara resonansi sedangkan pada sikloheksanol tidak terjadi resonansi sehingga lebih kecil kekuatan asamnya... Sesuai penjelasan anda diatas
2.Hal ini disebabkan oleh atom klor yang elektronegatif akan mendorong kerapatan elektron ke arah oksigen sehingga oksigen tidak menanggung semua muatan negatif sendirian
Sangat bermanfaat kak sinta
Hapusterimaksih buat materinya Puja
BalasHapussaya akan mencoba menjawab
1. kerena pada fenol terjadi resonansi sehinnga anion dapat mendelokalisai muatan negatif dengan cara resoansi dan pada sikloheksana tidak terjadi resonansi sehingga kekuatan asamnya lemah
2. ini disebabkan atom klor yang elektronegatifnya akan mendorong kerapatan elektron sehinnga oksigen tidak mengganggu semua muatan negatif
Hello anggraini terima kasih atas jawabannya
HapusMungkin lebih tepatnya tidak oksigen tidak bertindak sebagai akseptor semua muatan negatif
Menurut saya, atom klor yang elektronegatif akan mendorong kerapatan elektron ke arah oksigen sehingga oksigen tersebut tidak menanggung semua muatan negatifnya sendirian
BalasHapusTerima kasih bilqis
HapusTerimakasih atas penjelasannya sangat membantu sekali saya ingin mencoba menjawab pertanyaan nomor 1
BalasHapus1. Fenol lebih asam dari pada sikloheksanol di karenakan pada fenol terjadi resonansi sehingga anion dapat mendelokalisir muatan negatif ke sepanjang cincin dengan cara resonansi sedangkan pada sikloheksanol tidak terjadi resonansi sehingga lebih kecil kekuatan asamnya... Sesuai penjelasan anda diatas
Terima kasih lika
Hapusmateri yang sanagat menarik, saya akan menjawab pertanyaan nomor 1 sikloheksanon memiliki struktrur siklik sehingga mudah mengalami resonansi dibandingkan fenol.
BalasHapusOke gio terima kasih atas jawabannya
HapusTerimakasih atas pemaparannya. saya akan mencoba menjawab pertanyaannya dimana karena kedua dari elektronegatifitas klor yang akan memberikan efek induksi pada senyawa ini mengandung muatan negatif sehingga keasaman yang lebih kuat.
BalasHapus