Rabu, 08 November 2017

Pembentukan ikatan C-C, Penyerangan Elektrofilik dan Nukleofilik

Edit Posted by with 16 comments
Pembentukan ikatan C-C, Penyerangan Elektrofilik dan Nukleofilik

Pembentukan ikatan C-C
Ikatan karbon-karbon adalah ikatan kovalen antara dua atom karbon. Bentuk yang paling umum adalah ikatan kovalen - ikatan yang terdiri dari dua elektron.
Karbon memiliki karakteristik unik di antara seluruh elemen dalam membentuk ikatan panjang atomnya sendiri.
 
Atom C Primer adalah atom C yang berikatan dengan 1 atom C yang lain 
Atom karbon memiliki massa 12 dengan nomor atom 12. Konfigurasi elektronnya adalah 1s2, 2s2, 3p6 3s2, dan mengalami hibridisasi dimana 1 elektron dari orbital 2s berpindah ke orbital 2pz, sehingga memiliki konfigurasi stabil 1s2, 2s1, 2p3, dengan membentuk orbital hybrid sp3. Sehingga atom karbon memiliki kesempatan untuk membentuk empat ikatan dengan atom lainnya, kestabilan struktur ini ditunjukan dengan sudut yang sama 109,50 dengan bentuk tetrahedral. 


Pembentukan Ikatan C-C
1 .     Melalui reaksi radikal bebas
Tidak terkendali, dapat melakukan reaksi berantai
(tidak digunakan dalam sintesis).
2 .    Melalui reaksi antara C+ dengan C-

Lebih terkendali (digunakan dalam sintesis).

Reaksi Substitusi Nukleofililk
Nukleofilisitas merupakan ukuran kemampuan sutau pereaksi yang menyebabkan terjadinya suatu reaksi subtitusi. Reaksi substitusi nukleofilik dibagi menjadi dua tahapan yaitu reaksi substitusi nukleofilik unimolekuler dan reaksi nukleofilik bimolekuler. 

v  Reaksi substitusi nukleofilik unimolekuler (SN1)
Reaksi substitusi nukleofilik unimolekuler (SN1) terjadi melalui dua tahapan. Pada tahap pertama, ikatan antara karbon dan gugus bebas putus, atau substrat terurai. electron – electron ikatan terlepas bersama dengan gugus bebas, dan terbentuklah ion karbonium. Pada tahap kedua, yaitu tahap cepat, ion karbonium bergabung dengan nukleofil akan membentuk hasil.


Mekanisme reaksi SN1 hanya terjadi pada alkil halida tersier. Nukleofil yang dapat menyerang adalah nukleofil basa sangat lemah seperti H2O, CH3CH2OH. Pada reaksi SN1 terdiri dari 3 tahap reaksi. Sebagai contoh adalah reaksi antara t-butil bromida dengan air.

Tahap 1
 
Tahap 2
 
Tahap 3
 
Kecepatan reaksi akan ditentukan oleh seberapa cepat halogenalkana terionisasi. Karena tahapan awal yang lambat ini hanya melibatkan satu spesies, maka mekanisme ini disebut sebagai SN1 – substitusi, nukleofilik, satu spesies yang terlibat dalam tahap awal yang lambat.
v  Tahapan reaksi substitusi nukleofilik bimolekuler, SN2
Nukleofil menyerang dari belakang ikatan C—X. Pada keadaan transisi, nukleofil dan gugus pergi berasosiasi dengan karbon di mana substitusi akan terjadi. Pada saat gugus pergi terlepas dengan membawa pasangan electron, nukleofil memberikan pasangan elektronnya untuk dijadikan pasangan elektron dengan karbon.


Mekanisme reaksi substitusi nukleofilik biomolekul, SN2
Mekanisme reaksi SN2 hanya terjadi pada alkil halida primer dan sekunder. Nukleofil yang menyerang adalah jenis nukleofil kuat seperti -OH, -CN, CH3O-. Serangan dilakukan dari belakang. Untuk lebih jelas, perhatikan contoh reaksi mekanisme SN2 bromoetana dengan ion hidroksida berikut ini.
 
Elektrofilik Senyawa Alifatis
Elektrofilitas merupakan sesuatu yang tertarik pada elektron, Dan karena tertarik oleh daerah negatif, elektrofil harus merupakan sesuatu yang memebawa muatan positif penuh atau memiliki sedikit muatan positif disuatu daerah padanya.
Tahapan reaksi substitusi elektrofilik unimolekuler, SE1 
Tahap pertama
Seandainya elektrofil merupakan ion positif X+. Dua dari elektron pada sisten yang terdeloakalisai tertarik kearah X+ dan membentuk ikatan. Sehingga terjadi pemutusan dislokalisasi, walaupun tidak seluruhnya.
Ion yang terbentuk pada tahap ini bukan merupakan hasil akhir. Tahap ini hanya merupakan tahap antara. Hasilnya merupakan hasil antara.
Masih terjadi delokalisasi pada hasil antara, namun hanya pada sebagian daerah dari ion. Ion pada hasil antara bermuatan positif sebagai hasil dari penggabungan molekul netral dan ion positif. Muatan positif ini lalu menyebar sepanjang daerah yang terdelokalisasi pada cincin. Anda cukup menggambarkan “+” pada bagian tengah cincin untuk menunjukkan hal ini. Hidrogen pada bagian bagian atas dari gambar bukanlah hidrogen yang baru, hidrogen tersebut sudah berikatan pada carbon yang sama sebelum reaksi. Dan untuk lebih memperjelas reaksi selanjutnya hidrogen tersebut perlu dituliskan.

Tahap kedua
Disini kita akan memerkenalkan ion baru, Y-. Darimana ini datang? Anda harus ingat bahwa tidak mungkin untuk mendapatkan positif ion saja pada suatu sistem kimia. Jadi ion Y- merupakan ion yang sebelumnya berikatan dengan X+.
 

 
Elektron tidak berpasangan pada Y-membentuk ikatan dengan atom hidrogen pada bagian atas dari cincin. Ini berarti bahwa pasangan dari elektron yang menghubungkan hidrogen dengan cincin tidak diperlukan lagi. Bagian tersebut lalu bergerak kebawah dan mengisi ruang kosong pada daerah dislokalisasi elektron dan mengembalikan dislokalisasi elektron seperti semula. Sehingga stabilitas benzen pun kembali .
Mekanisme reaksi E1 terdiri dari dua tahap. Perhatikan contoh berikut ini.
Tahap 1.
Tahap 1 reaksi E1 berjalan lambat
 
Tahap2.
Tahap 2 reaksi E1 berjalan cepat
 
 
v  Tahapan reaksi substitusi elektrofilik bimolekuler, SE2
  Reaksi E2 menggunakan basa kuat seperti -OH, -OR, dan juga membutuhkan kalor. Pada reaksi SE2 ini terjadi dengan satu tahap. Dengan memanaskan alkil halida dalam KOH, CH3CH2ONa.
Pada reaksi SE2 ini terjadi dengan satu tahap. Dengan memanaskan alkil halida dalam KOH, CH3CH2ONa.
 
Reaksi Sn2 adalah merupakan reaksi substitusi nukleofilik bimolekuler serentak, yang
melibatkan karbon elektrofilik, leaving geoups dan nukleofil. Elektron dari nukleofil akan berinteraksi dengan atom karbon dan saat yang bersamaan gugus tinggal akan mengambil elektron ikatan antara karbon dan gugus tinggal.
 
 Bahan diskusi 
1. Pada tahap kedua SE1 terdapat ion baru yaitu Y- , dari mana datangnya dan apa yang terjadi selanjutnya?
2. Manakah elektrofil, nukleofil dan gugus tinggal dari reaksi di bawah ini ?

 



 DAFTAR PUSTAKA




Hart, H., Crain,L.E., Hart,D.J. 2003. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.
Fessenden. 2010. Dasar-Dasar Kimia Organik. Tangerang : Bina Rupa Akasara

 


 

 



16 komentar:

  1. Materi yang sangat menarikJadi ion Y- merupakan ion yang sebelumnya berikatan dengan X+.


    Elektron tidak berpasangan pada Y-membentuk ikatan dengan atom hidrogen pada bagian atas dari cincin. Ini berarti bahwa pasangan dari elektron yang menghubungkan hidrogen dengan cincin tidak diperlukan lagi. Bagian tersebut lalu bergerak kebawah dan mengisi ruang kosong pada daerah dislokalisasi elektron dan mengembalikan dislokalisasi elektron seperti semula. Sehingga stabilitas benzen pun kembali

    BalasHapus
  2. terimakasih atas materiny puja
    1. Ion Y- merupakan ion yang sebelumnya berikatan dengan X+.
    Elektron tidak berpasangan pada Y-membentuk ikatan dengan atom hidrogen padaa bagian atas dari cincin. Ini berarti bahwa pasangan dari elektron yang menghubungkan hidrogen dengan cincin tidak diperlukan lagi. Bagian tersebut lalu bergerak kebawah dan mengisi ruang kosong pada daerah dislokalisasi elektron dan mengembalikan dislokalisasi elektron seperti semula. Sehingga stabilitas benzen pun kembali .
    2. Karbon metilen dari etil bromida adalah elektrofil, pasangan elektron sunyi dari posfor pada trifenilposfor adalah nukleofilik, sedangkan ion bromida adalah leaving groupnya. Garam yang terbentuk stabil, dan tidak ada reaksi berikutnya. Jika kita menganggap etoksi akan tebentuk dan belaku sebagai nukleofilik sehingga akan terjadi reaksi lanjut, maka kita mengabaikan kekuatan keasaman relatif dari HBr dan EtOH.

    BalasHapus
  3. Hai puja baiklah saya akan menjawab pertanyaan anda yg kedua . Jika diperhatikan pd reaksinya maka pada trifenilfosfor trdpt atom P yg memilik PEB ini merupakan suatu nukleofilik , lalu gugus CH3 pada etilbromida adalah elektrofil, sedangkan Br adalah leaving group nya mterimakasih :)

    BalasHapus
  4. Menurut saya untuk jawaban no. 1 Ion Y- merupakan ion yang sebelumnya berikatan dengan X+.
    Elektron tidak berpasangan pada Y-membentuk ikatan dengan atom hidrogen padaa bagian atas dari cincin. Dalam hal ini menandakan bahwa pasangan dari elektron yang menghubungkan hidrogen dengan cincin tidak diperlukan lagi. Sehingga Bagian tersebut lalu bergerak kebawah dan mengisi ruang kosong pada daerah dislokalisasi elektron dan mengembalikan dislokalisasi elektron seperti semula. Sehingga stabilitas benzen pun kembali .

    BalasHapus
  5. Terimakasih atas pemaparan materi yang sangat bermanfaat , menurut saya untuk jawaban pertama Ion Y- merupakan ion yang sebelumnya berikatan dengan X+.
    Elektron tidak berpasangan pada Y-membentuk ikatan dengan atom hidrogen padaa bagian atas dari cincin. Ini berarti bahwa pasangan dari elektron yang menghubungkan hidrogen dengan cincin tidak diperlukan lagi. Bagian tersebut lalu bergerak kebawah dan mengisi ruang kosong pada daerah dislokalisasi elektron dan mengembalikan dislokalisasi elektron seperti semula. Sehingga stabilitas benzen pun kembali .

    BalasHapus
  6. Menurut saya, ion Y- tersebut ialah ion yang sebelumnya berikatan dengan X+. Dimana elektron tidak berpasangan pada Y-akan membentuk ikatan dengan atom hidrogen pada bagian atas dari cincin. Ini ditandakan bahwa pasangan dari elektron yang menghubungkan hidrogen dengan cincin tidak diperlukan lagi, dikarenakan bagian tersebut lalu bergerak kebawah dan mengisi ruang kosong pada daerah dislokalisasi elektron dan mengembalikan dislokalisasi elektron seperti semula. Sehingga stabilitas benzen pun kembali.

    BalasHapus
  7. Terima kasih atas materinya
    Menurut saya Karbon metilen dari etil bromida adalah elektrofil, pasangan elektron sunyi dari posfor pada trifenilposfor adalah nukleofilik, sedangkan ion bromida adalah leaving groupnya. Garam yang terbentuk stabil, dan tidak ada reaksi berikutnya. Jika kita menganggap etoksi akan tebentuk dan belaku sebagai nukleofilik sehingga akan terjadi reaksi lanjut, maka kita mengabaikan kekuatan keasaman relatif dari HBr dan EtOH

    BalasHapus
  8. Terimakasih puja, saya mencoba menjawab pertanyaan ke 2. pada trifenilfosfor atom P yg memiliki PEB yg merupakan suatu nukleofilik , lalu gugus CH3 pada etilbromida adalah suatu elektrofil, sedangkan Br adalah leaving group yg baik

    BalasHapus
  9. Terimakasih atas materinya puja, saya akan mencoba menjawab pertanyaannya
    1.Ion Y- merupakan ion yang sebelumnya berikatan dengan X+.
    Elektron tidak berpasangan pada Y-membentuk ikatan dengan atom hidrogen padaa bagian atas dari cincin. Ini berarti bahwa pasangan dari elektron yang menghubungkan hidrogen dengan cincin tidak diperlukan lagi. Bagian tersebut lalu bergerak kebawah dan mengisi ruang kosong pada daerah dislokalisasi elektron dan mengembalikan dislokalisasi elektron seperti semula. Sehingga stabilitas benzen pun kembali .
    Terimakasih :)

    BalasHapus
  10. Terima kasih puja, untuk pertanyaan no 1 ion Y- merupakan ion yang sebelumnya berikatan dengan X+.
    Elektron tidak berpasangan pada Y-membentuk ikatan dengan atom hidrogen padaa bagian atas dari cincin. Ini berarti bahwa pasangan dari elektron yang menghubungkan hidrogen dengan cincin tidak diperlukan lagi. Bagian tersebut lalu bergerak kebawah dan mengisi ruang kosong pada daerah dislokalisasi elektron dan mengembalikan dislokalisasi elektron seperti semula. Sehingga stabilitas benzen pun kembali .

    BalasHapus
  11. Terimakasih atas materinya
    Saya akan menjawab
    Menurut saya 1. Ion Y- merupakan ion yang sebelumnya berikatan dengan X+.
    Elektron tidak berpasangan pada Y-membentuk ikatan dengan atom hidrogen padaa bagian atas dari cincin. Ini berarti bahwa pasangan dari elektron yang menghubungkan hidrogen dengan cincin tidak diperlukan lagi. Bagian tersebut lalu bergerak kebawah dan mengisi ruang kosong pada daerah dislokalisasi elektron dan mengembalikan dislokalisasi elektron seperti semula. Sehingga stabilitas benzen pun kembali .
    2. Karbon metilen dari etil bromida adalah elektrofil, pasangan elektron sunyi dari posfor pada trifenilposfor adalah nukleofilik, sedangkan ion bromida adalah leaving groupnya. Garam yang terbentuk stabil, dan tidak ada reaksi berikutnya. Jika kita menganggap etoksi akan tebentuk dan belaku sebagai nukleofilik sehingga akan terjadi reaksi lanjut, maka kita mengabaikan kekuatan keasaman relatif dari HBr dan EtOH.
    Semoga bermanfaat

    BalasHapus
  12. terimakasih atas materinya..
    saya akan mencoba menjawab pertanyaan anda..
    1.Ion Y- merupakan ion yang sebelumnya berikatan dengan X+.
    Elektron tidak berpasangan pada Y- akan membentuk ikatan dengan atom hidrogen padaa bagian atas cincin. pasangan dari elektron yang menghubungkan hidrogen dengan cincin tidak diperlukan lagi. Bagian tersebut lalu bergerak kebawah dan mengisi ruang kosong pada daerah dislokalisasi elektron dan mengembalikan dislokalisasi elektron seperti semula. Sehingga stabilitas benzen pun kembali .
    2. Karbon metilen dari etil bromida adalah elektrofil, pasangan elektron sunyi dari posfor pada trifenilposfor adalah nukleofilik, sedangkan ion bromida adalah leaving groupnya..
    terimakasih :)

    BalasHapus
  13. Menurut saya untuk pertanyaan kedua dimana Karbon metilen dari etil bromida adalah elektrofil, pasangan elektron sunyi dari posfor pada trifenilposfor adalah nukleofilik, sedangkan ion bromida adalah leaving groupnya. Garam yang terbentuk stabil, dan tidak ada reaksi berikutnya. Jika kita menganggap etoksi akan tebentuk dan belaku sebagai nukleofilik sehingga akan terjadi reaksi lanjut, maka kita mengabaikan kekuatan keasaman relatif dari HBr dan EtOH.

    BalasHapus
  14. Terimakasih atas penjelasan yang telah puja paparkan . Untuk prtanyaan yang anda ajukan saya ingin mencoba menjawabnya
    1.Ion Y- merupakan ion yang sebelumnya berikatan dengan X+.
    Elektron tidak berpasangan pada Y- akan membentuk ikatan dengan atom hidrogen padaa bagian atas cincin. pasangan dari elektron yang menghubungkan hidrogen dengan cincin tidak diperlukan lagi. Bagian tersebut lalu bergerak kebawah dan mengisi ruang kosong pada daerah dislokalisasi elektron dan mengembalikan dislokalisasi elektron seperti semula. Smenyebabkan stabilitas benzen pun kembali .

    BalasHapus
  15. terimakasih atas materinya, menurut saya
    1. Ion Y- merupakan ion yang sebelumnya berikatan dengan X+.
    Elektron tidak berpasangan pada Y-membentuk ikatan dengan atom hidrogen padaa bagian atas dari cincin. Ini berarti bahwa pasangan dari elektron yang menghubungkan hidrogen dengan cincin tidak diperlukan lagi. Bagian tersebut lalu bergerak kebawah dan mengisi ruang kosong pada daerah dislokalisasi elektron dan mengembalikan dislokalisasi elektron seperti semula. Sehingga stabilitas benzen pun kembali .
    2. Karbon metilen dari etil bromida adalah elektrofil, pasangan elektron sunyi dari posfor pada trifenilposfor adalah nukleofilik, sedangkan ion bromida adalah leaving groupnya. Garam yang terbentuk stabil, dan tidak ada reaksi berikutnya. Jika kita menganggap etoksi akan tebentuk dan belaku sebagai nukleofilik sehingga akan terjadi reaksi lanjut, maka kita mengabaikan kekuatan keasaman relatif dari HBr dan EtOH.

    BalasHapus
  16. menurut saya
    1.Ion Y- merupakan ion yang sebelumnya berikatan dengan X+.
    Elektron tidak berpasangan pada Y- akan membentuk ikatan dengan atom hidrogen padaa bagian atas cincin. pasangan dari elektron yang menghubungkan hidrogen dengan cincin tidak diperlukan lagi. Bagian tersebut lalu bergerak kebawah dan mengisi ruang kosong pada daerah dislokalisasi elektron dan mengembalikan dislokalisasi elektron seperti semula. Sehingga stabilitas benzen pun kembali .

    BalasHapus